Thursday, April 7, 2016

Sejarah Kopi Di Indonesia

Awal Masuk Kopi Ke Indonesia

Sejarah masuknya kopi di Indonesia, jauh berawal dari ketertarikan seorang pedagang Belanda yang mencicip kopi di daerah Mocha, Yaman pada tahun 1616. Sebuah ide muncul untuk menanamnya di negeri Belanda, dia pun menyelundupkan benih-benih kopi dan membawanya ke negerinya karena pada saat itu kopi di monopoli oleh Kerajaan Turki Ottoman. Namun, penanaman kopi tersebut gagal total karena suhu dan tanahnya yang kurang cocok untuk benih kopi.

Di India, pada tahun 1600 Kopi Arabica Yaman telah tumbuh subur disana berkat seorang muslim India bernama Baba Budan. Kemudian saat Belanda menjajah India dan mendirikan VOC, seorang Gubernur Hindia Belanda untuk Malabar di India, yaitu Adrian Van Ommen mencoba mengirim benih-benih biji kopi arabica tersebut kepada Gubernur Hindia Belanda untuk Batavia pada tahun 1696.

Penanaman Kopi di Indonesia


Menurut salah satu sumber, benih-benih kopi pertama yang ditanam dan dikembangkan itu di tempat yang sekarang dikenal sebagai Pondok Kopi daerah Jakarta Timur dengan menggunakan tanah partikelir Kedaung. Sayangnya terjadi bencana banjir yang melanda Batavia dan menghancurkan seluruh tanaman kopi tersebut.

Pengapalan benih-benih kopi kedua ke Batavia terjadi pada tahun 1699. Penanaman ini berhasil hingga puncaknya ekspor kopi pertama dikirim ke Eropa oleh VOC pada tahun 1711. Selama 10 tahun, ekspor kopi meningkat menjadi 60 ton per tahun. VOC menjadikan Pulau Jawa tempat pertama kali kopi dibudidayakan secara luas di luar Arab dan Ethiopia. VOC memonopoli perdagangan kopi pada tahun 1725 sampai 1780 dan berakhir dengan bangkrut pada tahun 1798 karena korupsi.

Di pertengahan abad ke-17, VOC sempat mengembangkan area tanam kopi arabika di Sumatra, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan Timor. Di Sulawesi kopi pertama kali ditanam tahun 1750. Di sekitar abad 18, lahan pertanian kopi yang luas di dataran tinggi Ijen di Jawa Timur, lalu di dataran tinggi di Sumatra Utara kopi pertama kali tumbuh di dekat Danau Toba pada tahun 1888, diikuti oleh dataran tinggi Gayo (Aceh) dekat Danau Laut Tawar pada tahun 1924.

Wabah Hama Melanda

Selama 1 ¾ abad Kopi Arabica merupakan satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam oleh Belanda. Tapi kemudian perkembangan budidaya Kopi Arabica ini mengalami kemunduran hebat dikarenakan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) sejak tahun 1876. Akibatnya Kopi Arabica yang dapat bertahan hidup hanya yang berada pada ketinggian 1000 mdpl ke atas, dimana serangan penyakit ini tidak begitu hebat.

Akhirnya pemerintah Kolonial Belanda mencoba untuk menggantinya dengan jenis kopi yang lebih kuat terhadap serangan penyakit dan hama yaitu Kopi Liberika. Namun jenis kopi kurang bisa diterima di pasar karena memiliki cita rasa yang terlalu asam.
Selanjutnya Kolonial Belanda mencoba mendatangkan kopi jenis Robusta (Coffee Cabephora) pada tahun 1900, yang ternyata jenis kopi ini lebih tahan terhadap serangan penyakit dan hama serta hanya memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan. Maka setelah itu kopi Robusta menggantikan jenis kopi Arabika khususnya di daerah yang memiliki ketinggian di bawah 1000 mdpl dan mulai menyebar di daerah Jawa, Sumatera dan Indonesia Bagian Timur.

Sisa-sisa tanaman Kopi Arabica yang masih bisa dijumpai ada di dataran tinggi Ijen (Jawa Timur), Tanah Tinggi Toraja (Sulawesi Selatan), lereng bagian atas Bukit Barisan (Sumatera) seperti Mandhailing, Lintong dan Sidikalang di Sumatera Utara dan dataran tinggi Gayo di Nangroe Aceh Darussalam.